
Notifikasi masuk: “Bro,
udah ngerjain tugas sejarah?” Arga hanya melihatnya sekilas, lalu meletakkan
ponsel menghadap ke bawah. Padahal hari ini di sekolah, ia merasa kacau. Nilai
fisika turun, tugas matematika belum selesai, dan ia terlalu lelah berpura-pura
baik-baik saja. Tapi, seperti biasa, di media sosial ia tetap tampil seperti
remaja keren yang hidupnya serba teratur dan menyenangkan.
Foto terakhir yang ia
unggah: Arga duduk di perpustakaan dengan secangkir kopi dan laptop
terbuka—caption-nya: "Productive day, stay focused "
231 likes. 16 komentar.
Tapi ia tahu… semua itu hanya pencitraan.
Ibunya sempat masuk kamar
tadi sore. “Kamu kenapa, Ga? Mukamu pucat.” Arga hanya menjawab cepat, “Nggak
apa-apa, Mah. Cuma capek.” Capek yang sebenarnya bukan hanya karena tugas. Tapi
karena tekanan—untuk selalu terlihat pintar, keren, dan sukses di dunia maya.
Keesokan harinya di sekolah,
beberapa teman menepuk pundaknya. “Gokil feed lo, Ga. Estetik banget!” “Gua
jadi termotivasi belajar juga liat postingan lo kemarin!” Arga tersenyum tipis.
Tapi hatinya? Jauh dari itu. Di dalam, ia merasa seperti robot—diatur oleh
algoritma, dipuji karena penampilan, padahal isi kepalanya penuh kebingungan
dan lelah yang tak tahu harus ditumpahkan ke mana.
***
Suatu hari, Arga
memutuskan untuk berbicara dengan ibunya tentang perasaannya. Ia menjelaskan
bagaimana ia merasa lelah dengan pencitraan di media sosial dan tekanan untuk
selalu terlihat sempurna. Ibunya mendengarkan dengan sabar dan memberikan
nasihat yang bijak.
"Arga, kamu tidak
perlu menjadi orang lain untuk diterima. Kamu bisa menjadi diri sendiri, dengan
semua kekurangan dan kelebihannya. Jangan takut untuk menunjukkan kelemahanmu,
karena itu akan membuatmu lebih kuat dan lebih dekat dengan orang-orang yang
benar-benar peduli
Arga merasa lega setelah
berbicara dengan ibunya. Ia menyadari bahwa ia tidak perlu mempertahankan
pencitraan yang tidak nyata. Ia mulai mengurangi penggunaan media sosial dan
fokus pada kegiatan yang membuatnya bahagia.
***
Malam itu, Arga
memutuskan untuk menghapus postingan "Productive day" yang ia
unggah sebelumnya. Ia merasa lega dan bebas dari tekanan untuk selalu terlihat
sempurna. Ia menutup laptopnya, mematikan ponselnya, dan memutuskan untuk
beristirahat. Untuk pertama kalinya,
Arga merasa bahwa ia bisa
menjadi dirinya sendiri, tanpa harus terlihat sempurna di mata orang lain. Dan
itu membuatnya merasa lebih bahagia dan lebih bebas.
Penulis: Nadya Auval
Hanna